Fakhrul Ashari - Jualan merupakan praktek inti dari aktivitas ekonomi. Setidaknya dibutuhkan dua pihak yang menjadi pembeli (orang yang mau sesuatu) dan penjual (orang yang mau layanin keinginan pembeli) agar muncul suatu permintaan dan penawaran. Bermula dari sistem barter, Kemudian dilanjut dengan menggunakan mata uang fisik, hingga mata uang yang kaga keliatan. Hal tersebut pun masih tetap mengharuskan dua pihak untuk berinteraksi, Karena ya gimana lagi, emang klausa perekonomian ya manusia.
Nyatanya manusia itu semakin kesini semakin males, mereka
semakin tunduk pada salah satu
dari 7 uskup dosa yang ada. Tapi mereka gamau dikatakan telah berbuat dosa,
mereka membuat sebuah pembenaran dengan merapalkan dalil-dalil yang menjelaskan
bahwa itu adalah sebuah efisiensi. Dengan kemalesan yang aku jelaskan tadi,
Interaksi manusia dalam jual-beli pun ikut berubah. Tebak apa? Ya gitu, mereka
memanfaatkan efisiensi yang diciptakan lewat sarana teknologi buatan manusia
untuk transaksi. Kasusnya ya kita mulai bisa lihat permintaan dan penawaran
bisa dilakukan tanpa harus bertemu langsung.
Layaknya ini penjual dan pembeli saling berhadapan, mereka bebas berargumen mengenai harga lewat ketikan-ketikan penuh semangat atau suara kemresek via telepon dan video call. Dari sudut pandangku sih itu suatu hal yang baik, dimana kamu malah menghemat waktu, tenaga, dan uang. Jadi, kalo dibandingkan dengan jaman-jaman baheula, selisih perbandingan kemajuan media penjualan memang sudah sangat jauh. Terbukti dari kasualisasi birokrasi penjualan yang lebih mudah yang bahkan kamu rebahan pun bisa beli tas branded seharga gaji bulanan bapakku.
Bicara tentang Media sosial, aku
mendefinisikannya sebagai sebuah media buatan manusia yang dipergunakan untuk
bersosialisasi. Limitasi bersosialisasi itu sangat luas boy sehingga dari yang
simpel hingga njelimet pun masuk dalam definisi ini. Pun dengan jualan, Jualan
kan ada interaksi antar pihak pembeli dan penjual, otomatis mereka
bersosialisai. Jadi ga salah dong kalo medsos bisa jadi tempat jualan?
Medsos itu banyak boy, tapi yg
paling terkenal ya trias media sosial yang kini dipegang Mark Zuckerberg. Yaitu
Facebook, Instagram, dan Whatsapp. Selain itu masih ada media dongeng seperti
Twitter, Kemudian ada Telegram yg jadi sarang terselubung orang donlotin film bajakan, Atau reddit yang penuh dengan keseruan meskipun diblok sama menkominfo.
Dari sekian banyak media sosial, rupanya Mark Zuckerberg termasuk orang yang
encer otak, pengelihatan, dan intuisinya. Owner Facebook ini cerdik liat
peluang, mereka mulai menyesuaikan diri dengan manuvernya yang tajam nan
menyayat. Mereka bertransformasi dari media yang awalnya Cuma dilihat sebagai
sarana chit-chat, galau-galau, bahkan nyari jodoh, menuju media sosial yang
benar-benar luas boy. Yup mereka mulai memfasilitasi salah satu aktivitas
interaksi yang merupakan salah satu aktivitas dari ekonomi (red: jual-beli).
Sebut saja Facebook Marketplace, Whatsapp Bussines, Hingga Instagram Bussines. Mereka bener-bener punya niat mempermudah aktivitas akad jual beli. Serius deh kamu tinggal klik chat (bahkan ada fitur chat otomatis woi), atau tinggal klik telepon yang tentu lebih hemat daripada telepon biasa yang cepet ngabisin pulsa menjadi bukti sahih keseriusan mereka memuaskan salah satu dari 7 uskup dosa manusia ini. Selain itu mereka serius menggaet penjual dari kalangan yang belum berpendidikan yang taunya menjual aja hingga pebisnis berpendidikan yang serius liatin variabel-variabel persentasi penjualan unik seperti impresi produk, pageview product, hingga persentase user.
Gambar diatas merupakan fitur insight instagram yang sangat berguna buat tracking content yang kamu jajakan.
(Klik gambar untuk memperbesar)
Bicara tentang variabel penjualan
unik, aku mendasarkan pada variabel data instagram yang komprehensif memberikan
gambaran bagaimana performa marketing produk yang kita jalankan. Manfaatnya? Ya
jelas kita dapat gambaran luar biasa tanpa perlu riset manual lagi, A.I udh
kerja otomatis menghimpun data dan mengolah data hingga jadi informasi. (thank
you big data analysis).
Mereka memberikan layanan gratis, tapi bukan berarti itu benar-benar gratis.
Yup, Menurutku sih gitu. Mereka menyimpan aktivitas penjualan
dan interaksi yg kamu lakukan dengan orang lain. Mereka menyimpan data-data
tersebut kedalam sebuah big data untuk dipelajari sehingga dapat diperoleh
informasi unik yang berguna. Jadi mereka memberikan layanan analisis data penjualan
kamu sekaligus menerima data yang kamu berikan dan mereka juga analisis.
Advantage dari pihak yang sudah punya modal big data itu ya mereka bisa meramalkan layaknya dukun namun lebih scientific dengan lebih cepat, mereka bisa tau bulan depan itu trend nya apa, jadi mereka prepare duluan. Kasarannya ya gitu. Pembahasan kaya gini sebenarnya sangat sensitif karena yang dipertaruhkan adalah aktivitas yang terekam dan disimpan di big data. Aku ga baca ToS nya sih, tapi aku harap apa yang mereka simpan ngga dipake buat aneh-aneh, maksudku nuntut koorporasi besar dengan pasal karet nasional susah boy.
Bahas privasi itu kayaknya udah telat deh
Okelah maaf kalo mungkin itu bikin
kamu ketakutan dan jadi ragu make, Tapi meskipun kita ga make layanan mereka,
tanpa kita sadari data kita pun telah disimpan banyak oleh pemegang paten
sistem operasi ponsel yang kamu pegang pake tangan kananmu. Ga percaya? Coba
kamu perhatikan lagi deh kaya google maps atau iklan di yutub, bahkan
preferensi youtube kamu, pasti semua identik sama aktivitas kamu. (Lah keknya
gua malah nambah nakutin). Kalo masih ga percaya, coba bandingkan isinya dengan
temanmu yang kepribadiannya beda sama kamu, Hasilnya pasti beda, kalo kamu di
youtube mainin video dj slebor pasti preferensi video youtube kamu ya ga jauh
dari dj. Begitu juga kasusnya kalo kamu sukanya liat video keuangan, pasti next
video dan preferensi video yg ditampilkan youtube ya ga jauh dari keuangan.
Sebenarnya kita sudah nyemplung
sama aktivitas setor data aktivitas, Jadi ya kalo kamu takut buat gunakan
layanan yang beneran mempermudah diatas ya udah telat boy. Apalagi di masa
pandemi gini omset turun dan lu gabisa kemana-mana karena pembatasan sosial(?).
Di masa kek gini media sosial bisa jadi senjata ampuh buat kamu jualan juga,
Cukup mindahin principal nya marketing offline menuju implementasinya di media
online.
Jadi? Mau coba nggak?
Komentar
Posting Komentar